GELIAT PASAR SENGGOL POPOH
Jalan utama dari arah desa Jimbaran Kulon menuju
desa Popoh kecamatan Wonoayu ,tidak bisa dilalui masyarakat dengan nyaman setiap
hari Minggu pagi. Kegiatan pasar senggol sepanjang lebih kurang satu
kilometer di kanan-kiri bahu jalan menyebabkan kendaraan dari arah utara atau
sebaliknya menjadi tersendat sampai siang harinya.
Kegiatan Pasar
Senggol Popoh, adalah
kegiatan jual beli yang dilakukan pedagang kaki lima yang telah dikoordinir
pemerintah desa dan karang taruna desa Popoh.Kegiatan ini telah menampung
banyak pedagang-pedagang kecil di desa Popoh dan sekitarnya.Hampir lima tahunan
kegiatan Pasar Senggol Popoh ini berjalan.
Desa Popoh untuk saat
ini bisa dikatakan sebagai salah satu desa yang mengalami pembangunan pesat. Semenjak
dibukanya pemukiman baru oleh pengembang Perumahan Taman Anggun Sejahterah [PERUMTAS ], roda perekonomian masyarakat Popoh dirasakan
mulai menggeliat, khususnya di
kanan-kiri sepanjang jalan utama arah utara. Desa
Popoh saat ini tak pernah sepi di setiap waktu. Beda
dengan sebelum ada perumahan, memasuki
Desa Popoh dari arah Desa Jimbaran kulon harus berpikir
ulang. Jalan utama yang ditanami tebu samping
kanan –kirinya begitu rawan tindak kriminal.
Masyarakat dan Pemerintah Desa, serta peran pionir karang taruna,
memanfaatkan kemajuan ini dengan mengadakan pasar senggol. Pasar yang hanya terjadi di hari
Minggu itu mampu memunculkan pedagang-pedagang baru di masyarakat. Bahkan
pedagang-pedagang dari luar Popoh pun banyak yang ikut bergabung.
Tak terkecuali ibu-ibu pemanfaat
simpan pinjam khusus perempuan ( SPP ) yang
punya usaha, memanfaatkan pasar senggol sebagai tempat berjualan. Sebut saja Ning Yah (45 tahun) anggota kelompok spp asal Desa Jimbaran Kulon sudah tiga tahun
ini berjualan di Pasar Senggol
Popoh. Dia berjualan lauk pauk atau
brengkesan (pepes ikan, red.).
“Alhamdulillah, sejak ada pasar ini saya sudah tidak
berjualan dari desa ke desa lagi. Selain dekat dari rumah pembeli disini banyak, jadi lebih banyak untungnya,” ujarnya sambil ketawa.
Begitu juga dengan
Mbak Yuyun ( 40 th ) ,meski di desanya ada pasar kecamatan yaitu
Pasar Wonoayu, ibu anggota kelompok
SPP ini lebih suka berjualan sayur-sayuran (mlijo) di Pasar Senggol Popoh. Lebih ramai pengunjung menjadi
alasan sebagian besar pedagang kaki
lima.
“Berjualan di sini
lebih menjanjikan, lebih ramai pengunjung…, yah tergantung modal saja. Mudah-mudahan PNPM Wonoayu memberikan
kredit di tahun depan lebih besar,sehingga bisa memperbesar usaha. ‘Kan untungnya juga besar,” harapnya.
Kiranya harapan yang
tidak berlebihan. Dengan
keramaian pasar, juga bermunculanya toko-toko dan warung-warung disepanjang jalan utama. Nampaknya
kegiatan pasar ini bakalan tidak hanya di hari Minggu saja. Belakangan tersiar
kabar ke depannya Pasar Senggol Popoh akan berkembang
menjadi pasar desa.
Bagi sebagian
masyarakat, rencana
mengembangkan pasar Popoh menjadi pasar Desa Popoh, adalah salah satu solusi dari
permasalahan selama ini. Pasar
Senggol Popoh memang
telah membuat roda perekonomian masyarakat
menggeliat, tapi juga membuat problem tersendiri bagi sebagian
masyarakat yang lain yaitu masalah kemacetan.
Dengan meningkat
menjadi pasar desa, area pasar jadi lebih tertata. Pedagang disediakan tempat yang lebih
memadai. Ada tempat parkir
tersendiri bagi para pembeli. Dan
yang lebih penting lagi tidak menutup jalan utama desa. Sehingga kemacetan yang selama ini
merugikan masyarakat secara umum tidak terjadi lagi. Semoga saja segera terlaksana. @abs.bkad.wny